A.
Renungkanlah
Pada
umumnya, kita semua dapat lebih sabar, ikhlas, dan menjadi pemaaf di saat kita
diuji oleh Allah Swt. dengan berbagai hal yang menyenangkan. Akan tetapi, saat
diuji dengan kejadian yang tidak menyenangkan, seperti kesulitan hidup dan kehilangan
sesuatu yang kita cintai, maka kebanyakan dari kita akan sulit menerimanya.
Ujian
kesulitan, kehilangan, kekurangan, musibah penyakit, atau kemiskinan adalah
perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini. Setiap
orang pasti memiliki bermacam-macam masalah dan aneka kesulitan. Tingkatan
ujian dan masalah itu pun juga berbeda-beda. Nah, selanjutnya tinggal bagaimana
caranya kita mengatasi berbagai masalah dan kesulitan itu.
Bagaimana
caranya? Kuncinya ada pada keikhlasan hati, kesabaran jiwa, dan pribadi yang
pemaaf. Allah Swt. telah mengajarkan ketiga hal ini melalui ayat-ayatnya.
Rasulullah juga telah memberikan contoh yang nyata.
B.
Mari Membaca
Al-Qur’an
1. Membaca Al-Qur’an
a. Membaca Q.S. an-Nisa/4:
146
إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا
وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ
الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (١٤٦)
b. Membaca Q.S.
al-Baqarah/2: 153
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ
مَعَ الصَّابِرِينَ (١٥٣)
c. Membaca Q.S. Ali-Imran/3:
134
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
2. Memahami Hukum Bacaan Nμn
Sukμn/Tanwin)
Apabila ada nμn
Sukμn/tanwin berhadapan dengan huruf hijaiyyah, ada empat hukum
bacaannya, yaitu idzhar (bacaan jelas), ikhfa (bacaan samar), idgham
(bacaan lebur), dan iqlab (bacaan beralih).
Secara
terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Izhar, yaitu apabila nìn Sukìn/tanwin
berhadapan dengan salah satu dari huruf:
ء ح خ ع غ ه
maka nìn Sukìn/tanwin tadi dibaca jelas (lihat contoh pada tabel).
b. Ikhfa, yaitu apabila nìn
Sukìn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf
ك ق ف ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج ث ت
maka nìn Sukìn/m tanwin tadi dibaca samar.
c. Idgam, yaitu apabila nìn
Sukìn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf
ل ر ي و ن م
maka nìn Sukìn/tanwin tidak dibaca (dilebur ke huruf-huruf tersebut).
d. iqlab, yaitu apabila nun
Sukun/tanwin berhadapan dengan huruf: ب maka
nìn Sukìn/tanwin dibaca beralih menjadi m.
Contoh
Hukum Bacaan Nun Mati (sukun) / Tanwin
Idhar
|
Idgham
|
Ikhfa
|
Iqlab
|
مِنْ اَقْطَارِ
|
بِصُوْرَةٍمِنْ
مِثْلِهٖ
|
اَنْ تَنْفُذُوْا
|
صُمٌّ بُكمٌ
|
رَغَدًا خَيْثُ
|
عَنْ نَّفْسٍ
|
وَمَا اُنْزِلَ
|
مُحِيْطٌ
بِلْكٰفِرِيْنَ
|
سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ
|
هُدًى
لِّلْمُتَّقِيْنَ
|
مِنْ قَبْلِكَ
|
مِنْ بَعْدِ
|
تًحْتِهَا
الْأَنْهَرُ
|
مِنْ رَّبِّهِمْ
|
كُلِّ شَيْئٍ
قَدِيْرٌ
|
اَوَّلَكَافِرٍبِهٖ
|
اِنْ كُنْتُمْ
صٰدِقِيْنَ
|
|||
مِنْ دُوْنِ
|
3. Menerapkan Hukum Bacaan Mim
Sukun
Jika terdapat
mim sukun ( مْ ) bertemu dengan salah satu huruf
hijaiyah, maka
hukum bacaannya
dibagi menjadi 3 macam, yaitu
1. Ikhfa` syafawi
2. Idgham mimi
3. Idzhar syafawi
Untuk
memahaminya secara lebih rinci, pelajarilah uraian berikut :
1. Ikhfa` Syafawi
Suatu lafadz
mengandung bacaan ikhfa’ syafawi apabila terdapat mim sukun ( مْ
) bertemu dengan huruf ba ( ب ). Perhatikan contoh-contoh
berikut ini !
Adapun
cara membacanya adalah bunyi mim sukun dibaca samar-samar di bibir dan
berdengung.
Perhatikan
contoh-contoh berikut ini !
اِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ
فَاِذَا هثمْ بِالسَّاهِرَةِ
Adapun
cara membacanya adalah mim sukun dimasukkan atau digabungkan dengan mim di
depannya dan berdengung.
2. Idgam Mimi
Suatu lafa§
mengandung bacaan idgam mimi atau idgam mi£li apabila mim sukun
( مْ )
bertemu dengan huruf mim ( م ).
Perhatikan
contoh-contoh berikut ini !
عَلَيْهِمْ
مُّؤْ صَدَةٌ
عَلَى
قُلُوْبِهِمْ مَّاكَانُوْا
Adapun cara
membacanya adalah mim sukun dimasukkan atau digabungkan dengan mim
di depannya dan berdengung.
3. Idzar Syafawi
Suatu
lafa§ mengandung bacaan bacaan idzhar syafawi apabila ada mim sukun (مْ)
bertemu dengan salah satu dari 26 huruf hijaiyah berikut.
ا باث ج ح خ د ذ ر و س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل ن
و ه ي
Perhatikan
contoh-contoh berikut ini !
لَهُمْ اَجْرٌ
عَلَيْهِمْ حٰفِظِيْنَ
اِنَّهُمْ يَكيْدُوْنَ
Adapun
cara membacanya adalah bunyi mim sukun dibaca jelas dengan bibir
tertutup.
4. Mengartikan Q.S. an-Nisa/4:146/ Q.S.
al-Baqarah/2: 153/ Q.S. ali-Imran/3: 134
a. Arti Q.S. an-Nisa/4: 146
1) Arti Mufradat (arti
kata/kalimat)
Lafal
|
Arti
|
اِلَاالَّذِيْنَ
|
kecuali orang-orang
|
تَبُوْا
|
yang bertobat
|
وَاَسْلَحُوْا
|
yang
memperbaiki diri
|
وَاعْتَصَمُوْا
|
berpegang teguh
|
بِاللّٰهِ
|
agama Allah Swt.
|
وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ
|
dengan tulus dalam beragama
|
فَاُوْلٰئِكَ
|
maka mereka
|
مَعَ الْمُؤْ مِنِيْنَ
|
bersama
orang yang beriman
|
وَسَوْفَ
|
di atas
|
يُؤْتِ اللهُ
|
Allah
akan memberikan
|
اَجْرًا عَظِيْمًا
|
pahala yang besar
|
2) Arti
Q.S. an-Nisa/4: 146
“Kecuali
orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka
itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan
kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar (Q.S. an-Nisa/4: 146)
b. Arti Q.S. al-Baqarah/2:
153
1) Arti Mufradat (arti
kata/kalimat)
Lafal
|
Arti
|
اَلَّذِيْنَ
|
orang-orang
|
يُنْفِقُوْنَ
|
yang
menafkahkan harta
|
فِى السَّرَّاءِ
|
di waktu lapang
|
وَالضَّرَّاءِ
|
dan
di waktu sempit
|
وَالْكَاظِمِيْنَ
|
dan
orang yang menahan
|
اَلْغَيْظَ
|
amarah
|
وَالْعَافِيْنَ
|
dan
orang yang memaafkan
|
عًنِ النَّاسِ
|
atas manusia
|
وَاللهُ
|
dan Allah Swt.
|
يُحِبُّ الْمُحسِنِيْنَ
|
mencintai
orang yang berbuat baik
|
2) Arti
Q.S. Ali-Imran/3:134
“(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S.
Ali-Imran/3:134)
C.
Mari Memahami Al-Qur’an
1. Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146 serta Hadis
Terkait
Kandungan Q.S.
an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang keikhlasan amal seseorang. Ikhlas merupakan
syarat mutlak diterimanya amal. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
¡alat dan menμnaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah/98:5)
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ,قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ثَلَاثٌ لَايُغَلُّ عَلَيْهِمْ
قَلْبُ الْمُؤْ مِنِ اِخْلَاصُ الْعَمَلِ وَالنَّصِيْحَةُ لِوَلِيِّ الْاَمْرِ
وَلُزُوْمُ الْجَمَاعَةِ ( رواه احمد )
“Dari Ibnu
Mas’ud r.a, Rasulullah saw.. bersabda: “Tiga hal yang tidak boleh hati
seorang
mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi nasihat kepada
pemimpin,
dan melanggengkan kebersamaan dengan jamaah.” (H.R.
Ahmad).
Setiap
perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh karena itu,
yang harus
diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin adalah niat di
dalam hati.
Allah
Swt. berfirman:
فَادْعُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (١٤)
“Maka sembahlah
Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun
orang-orang
kafir tidak menyukai(nya).’ (Q.S. Al-Mukmin/40:14)
Niat yang baik
akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat yang ikhlas
akan
mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas, hati kita menjadi
tenteram,
tidak ada beban yang memberatkan.
2. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 serta Hadis
Terkait
Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 menjelaskan orang-orang yang sabar. Sesungguhnya
Allah Swt. Beserta orang-orang yang sabar. Sabar
merupakanpengendali hati untuk selaluIstiqamah dalam berbuat baik.
Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan.
Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153
menjelaskan orang-orang yang sabar. Sesungguhnya Allah Swt. beserta orang-orang
yang sabar. Sabar merupakan pengendali hati untuk selalu Istiqamah dalam
berbuat baik. Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan.
اَالصَّبْرُ مِنَ الْاِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ
الرَّاْسِ مِنَ الْجَسَدِ
“Sabar
adalah bagian dari iman,sebagaimana kepala bagian dari tubuh”.
Sabar bisa
diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak mudah putus asa. Sabar
juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri dari kesusahan yang
menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan dan perbuatan yang
tidak baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.
Sabar juga
berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara murka,
mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol anggota tubuh
untuk tidak bertindak anarki.
Orang yang
sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah,
tetapi juga teguh pendirian (Istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran,
dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan
bermakna.
Sabar itu ada
beberapa macam, antara lain sabar menjalankan perintah Allah Swt.,
menjauhi
kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah Swt., menerima dan menghadapi musibah,
menμntut ilmu pengetahuan, serta sabar dalam bekerja dan berkarya.
Kelima bentuk
kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketahanan mental spiritual,
sehingga kesabaran
itu selalu menμntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spiritual yang tangguh.
3. Kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 134 serta Hadis
Terkait
Kandungan Q.S. Ali-Imran/3:134
menjelaskan ciri-ciri orang yang taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain.
Rasulullah saw.
menganjurkan kepada kita untuk saling memaafkan dan meminta maaf, sebagaimana
sabdanya:
عَنْ عَائِشَةَ عَنْ اَنَسٍ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ (
رواه البيهقي )
“Dari Aisah dari
Anas berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sambunglah tali silaturahmi
kepada orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-orang yang
mendzalimimu“. (H.R. Baihaqi)
Pemaaf berarti
orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf berarti sikap suka
memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan
untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-‘afw yang
juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atau anugerah.
Setiap manusia
pernah melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan adalah fitrah yang melekat
pada diri manusia. Rasulullah saw. bersabda “Setiap manusia pernah melakukan
kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera
bertobat kepada Allah Swt.”. Ini berarti bahwa manusia yang baik bukan
orang yang tidak pernah berbuat salah, karena itu mustahil, kecuali Rasulullah saw.
yang ma’¡um (senantiasa dalam bimbingan Allah Swt.). Akan tetapi,
manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera
bertobat kepada-Nya.
D.
Perilaku
Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf
Sebelum
menerapkan perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai penerapan Q.S. an-Nisa/4:
146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134, terlebih
dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari, baik yang
berkaitan dengan materi di atas maupun yang lainnya.
Berikut ini
contoh perilaku sebagai implementasi Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2:
153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134.
1. Perilaku Ikhlas dalam
Kehidupan Sehari-hari
Perilaku ikhlas
sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. an-Nisa/4: 146 dalam kehidupan
sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
a. Gemar melakukan perbuatan terpuji dan tidak
dipamerkan kepada orang lain;
b. Ikhlas dalam beribadah, semata-mata karena
Allah Swt.;
c. Tidak mengharapkan pujian atau sanjungan
dari orang lain;
d. Selalu berhati-hati dalam bertindak atau
berperilaku;
e. Tidak pernah membedakan antara amal besar
dan amal kecil;
f. Tidak menghitung-hitung apalagi
mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain.
2. Perilaku Sabar dalam
Kehidupan Sehari-hari
Perilaku sabar
sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Baqarah/2: 153 dalam
kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut.
a. Sabar dalam menjalankan perintah Allah Swt.,
seperti:
1) Ketika mendengar azan segera menuju ke masjid
untuk melaksanakan salat berjamaah;
2) Ketika bel berbunyi segera masuk kelas untuk
mengikuti pelajaran;
3) Saat orang tua memanggil, segera menghadap
dan menemui agar tidak mengecewakannya.
b. Sabar dalam menjauhi maksiat atau
meninggalkan larangan Allah Swt., seperti:
1) Ketika diajak membolos segera menolak dan
menghindari teman-teman yang bersekongkol untuk membolos;
2) Saat diajak tawuran segera menolak dan
menjauhi teman-teman yang mengajaknya;
3) Tidak cepat marah dan main hakim sendiri.
c. Sabar dalam menerima dan menghadapi musibah,
seperti:
1) Ketika terkena musibah sakit tidak mengeluh
dan tidak putus asa untuk berusaha mencari obatnya;
2) Ketika terkena musibah tidak mengeluh dan
tidak menyalahkan Allah dan orang lain.
3. Perilaku Pemaaf dalam
Kehidupan Sehari-hari
Perilaku pemaaf
sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dalam kehidupan
sehari-hari dapat diwujudkan dengan:
a. Memberikan maaf dengan ikhlas kepada orang
yang meminta maaf;
b. Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat;
c. Tidak memendam rasa
benci dan perasaan dendam kepada orang lain.
Setelah kamu
dapat membaca dan memahmi isi kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S.
al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dengan lancar, kamu harus
bisa menμnjukkan hafalan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan
Q.S. Ali-Imran/3: 134 dengan baik dan benar. Laporan hasil belajar
menghafalmu ditulis di kolom berikut ini.
Bacalah cerita berikut !
Nabi Muhammad
saw. bersama Yahudi
Suatu
ketika Abu Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa seorang Yahudi untuk
menyakiti Nabi. Lalu si Yahudi tadi pergi menuju lorong yang biasa dilewati
Nabi untuk menuju Kakbah. Di saat Nabi lewat, dia memanggil. Nabi pun menengok
karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat
itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah saw.
Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu.
Keesokan
harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau
merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di
tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.
Demikianlah
kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga pada suatu hari Nabi
tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam
hatinya, “Kemana gerangan orang yang selalu meludahiku?”
Setelah
menanyakannya ke orang di sekitar tempat itu, Nabi diberitahu bahwa orang
tersebut jatuh sakit.
Nabi
pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa pula mampir
ke pasar membeli buah-buahan untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu.
Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu. Dari dalam rumah,
terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari
bertanya, “Siapa yang datang?”
“Saya, Muhammad,” jawab Nabi.
“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.
“Muhammad Rasulullah,”jawab Nabi lagi.
Setelah
pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi menyaksikan sosok yang datang
adalah orang yang selama ini disakitinya dan diludahi wajahnya
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.
“Aku
datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku karena aku mendengar engkau jatuh
sakit,” jawab Nabi dengan suara yang lembut.
“Wahai
Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang
menjengukku, bahkan Abu Jahal sekali pun yang telah menyewaku untuk
menyakitimu. Padahal, aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia
segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun, engkau yang telah aku sakiti
dan ludahi berkali-kali selama ini, justru yang pertama kali datang
menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.
Keagungan
akhlak Nabi telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan
dirinya masuk Islam.
(Sumber:
Kisah terbaik penuh hikmah 52 kisah teladan untuk anak saleh, Tim smartbook).
Rangkuman
1. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146
menjelaskan tentang keikhlasan amal seseorang.
2. Kandungan Q.S. al-Baqarah/2: 153
menjelaskan orang-orang yang sabar.
3. Kadungan Q.S. Ali-Imran/3: 134
menjelaskan ciri-ciri orang yang selalu memafkan orang lain.
4. Ikhlas artinya perbuatan yang kita lakukan
semata-mata karena Allah, tidak ingin dipuji orang lain.
5. Sabar adalah perilaku menahan atau
mengendalikan segala emosi. Jika tak terkendali, emosi dapat menjerumuskan ke
dalam kesengsaraan.
6. Pemaaf artinya memberi maaf kepada orang yang
telah menyakiti atau menzalimi.
7. Ikhlas, sabar, dan pemaaf merupakan perilaku
terpuji yang harus bissa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Apabila terdapat nun sukun atau tanwin
bertemu dengan huruf hijaiyah, cara membacanya dibagi menjadi 5 macam, yaitu :
Idzhar halqi, Idgam bighunnah, Idgam bilagunnah, iqlab, dan ikhfa.
9. Jika terdapat mim sukun bertemu dengan salah
satu huruf hijaiyah, maka hukum bacaannya dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
Ikhfa` syafawi, Idgam mimi, dan Idzhar syafawi.
(
Sumber : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII Kemendikbud RI )
0 comments:
Post a Comment