SMPN 2 Pamarican

Thursday, June 1, 2017

Hidup Jadi Lebih Damai dengan Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf



A.      Renungkanlah

Pada umumnya, kita semua dapat lebih sabar, ikhlas, dan menjadi pemaaf di saat kita diuji oleh Allah Swt. dengan berbagai hal yang menyenangkan. Akan tetapi, saat diuji dengan kejadian yang tidak menyenangkan, seperti kesulitan hidup dan kehilangan sesuatu yang kita cintai, maka kebanyakan dari kita akan sulit menerimanya.

Ujian kesulitan, kehilangan, kekurangan, musibah penyakit, atau kemiskinan adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini. Setiap orang pasti memiliki bermacam-macam masalah dan aneka kesulitan. Tingkatan ujian dan masalah itu pun juga berbeda-beda. Nah, selanjutnya tinggal bagaimana caranya kita mengatasi berbagai masalah dan kesulitan itu.

Bagaimana caranya? Kuncinya ada pada keikhlasan hati, kesabaran jiwa, dan pribadi yang pemaaf. Allah Swt. telah mengajarkan ketiga hal ini melalui ayat-ayatnya. Rasulullah juga telah memberikan contoh yang nyata.

B.       Mari Membaca Al-Qur’an

1.    Membaca Al-Qur’an
a.    Membaca Q.S. an-Nisa/4: 146

إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (١٤٦)

b.    Membaca Q.S. al-Baqarah/2: 153

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (١٥٣)

c.    Membaca Q.S. Ali-Imran/3: 134

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)

2.    Memahami Hukum Bacaan Nμn Sukμn/Tanwin)

Apabila ada nμn Sukμn/tanwin berhadapan dengan huruf hijaiyyah, ada empat hukum bacaannya, yaitu idzhar (bacaan jelas), ikhfa (bacaan samar), idgham (bacaan lebur), dan iqlab (bacaan beralih).

Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.    Izhar, yaitu apabila nìn Sukìn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf:  
   ء ح خ ع غ ه

maka nìn Sukìn/tanwin tadi dibaca jelas (lihat contoh pada tabel).
b.    Ikhfa, yaitu apabila nìn Sukìn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf 
ك ق ف ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج ث ت  

maka nìn Sukìn/m tanwin tadi dibaca samar.
c.    Idgam, yaitu apabila nìn Sukìn/tanwin berhadapan dengan salah satu dari huruf 
ل ر ي و ن م 

maka nìn Sukìn/tanwin tidak dibaca (dilebur ke huruf-huruf tersebut).
d.    iqlab, yaitu apabila nun Sukun/tanwin berhadapan dengan huruf: ب maka nìn Sukìn/tanwin dibaca beralih menjadi m.

Contoh Hukum Bacaan Nun Mati (sukun) / Tanwin

Idhar
Idgham
Ikhfa
Iqlab
مِنْ اَقْطَارِ
بِصُوْرَةٍمِنْ مِثْلِهٖ
اَنْ تَنْفُذُوْا
صُمٌّ بُكمٌ
رَغَدًا خَيْثُ
عَنْ نَّفْسٍ
وَمَا اُنْزِلَ
مُحِيْطٌ بِلْكٰفِرِيْنَ
سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ
هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
مِنْ قَبْلِكَ
مِنْ بَعْدِ
تًحْتِهَا الْأَنْهَرُ
مِنْ رَّبِّهِمْ
كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
اَوَّلَكَافِرٍبِهٖ


اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ



مِنْ دُوْنِ


3.    Menerapkan Hukum Bacaan Mim Sukun

Jika terdapat mim sukun ( مْ ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah, maka
hukum bacaannya dibagi menjadi 3 macam, yaitu
1.    Ikhfa` syafawi
2.    Idgham mimi
3.    Idzhar syafawi
Untuk memahaminya secara lebih rinci, pelajarilah uraian berikut :

1.    Ikhfa` Syafawi

Suatu lafadz mengandung bacaan ikhfa’ syafawi apabila terdapat mim sukun ( مْ ) bertemu dengan huruf ba ( ب ). Perhatikan contoh-contoh berikut ini !

Adapun cara membacanya adalah bunyi mim sukun dibaca samar-samar di bibir dan berdengung.

Perhatikan contoh-contoh berikut ini !
اِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ
فَاِذَا هثمْ بِالسَّاهِرَةِ

Adapun cara membacanya adalah mim sukun dimasukkan atau digabungkan dengan mim di depannya dan berdengung.

2.    Idgam Mimi

Suatu lafa§ mengandung bacaan idgam mimi atau idgam mi£li apabila mim sukun
(  مْ ) bertemu dengan huruf mim (  م ).
Perhatikan contoh-contoh berikut ini !
عَلَيْهِمْ مُّؤْ صَدَةٌ
عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَّاكَانُوْا

Adapun cara membacanya adalah mim sukun dimasukkan atau digabungkan dengan mim di depannya dan berdengung.

3.    Idzar Syafawi

Suatu lafa§ mengandung bacaan bacaan idzhar syafawi apabila ada mim sukun (مْ) bertemu dengan salah satu dari 26 huruf hijaiyah berikut.
ا باث ج ح خ د ذ ر و س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل ن و ه ي
Perhatikan contoh-contoh berikut ini !
لَهُمْ اَجْرٌ
عَلَيْهِمْ حٰفِظِيْنَ
اِنَّهُمْ يَكيْدُوْنَ
Adapun cara membacanya adalah bunyi mim sukun dibaca jelas dengan bibir tertutup.

4.    Mengartikan Q.S. an-Nisa/4:146/ Q.S. al-Baqarah/2: 153/ Q.S. ali-Imran/3: 134

a.    Arti Q.S. an-Nisa/4: 146
1)    Arti Mufradat (arti kata/kalimat)

Lafal
Arti
اِلَاالَّذِيْنَ
kecuali orang-orang
تَبُوْا
yang bertobat
وَاَسْلَحُوْا
yang memperbaiki diri
وَاعْتَصَمُوْا
berpegang teguh
بِاللّٰهِ
agama Allah Swt.
وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ
dengan tulus dalam beragama
فَاُوْلٰئِكَ
maka mereka
مَعَ الْمُؤْ مِنِيْنَ
bersama orang yang beriman
وَسَوْفَ
di atas
يُؤْتِ اللهُ
Allah akan memberikan
اَجْرًا عَظِيْمًا
pahala yang besar

2)    Arti Q.S. an-Nisa/4: 146
“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar (Q.S. an-Nisa/4: 146)

b.    Arti Q.S. al-Baqarah/2: 153
1)    Arti Mufradat (arti kata/kalimat)

Lafal
Arti
اَلَّذِيْنَ
orang-orang
يُنْفِقُوْنَ
yang menafkahkan harta
فِى السَّرَّاءِ
di waktu lapang
وَالضَّرَّاءِ
dan di waktu sempit
وَالْكَاظِمِيْنَ
dan orang yang menahan
اَلْغَيْظَ
amarah
وَالْعَافِيْنَ
dan orang yang memaafkan
عًنِ النَّاسِ
atas manusia
وَاللهُ
dan Allah Swt.
يُحِبُّ الْمُحسِنِيْنَ
mencintai orang yang berbuat baik

2)    Arti Q.S. Ali-Imran/3:134

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali-Imran/3:134)

C.       Mari Memahami Al-Qur’an

1.    Kandungan Q.S. an-Nisa/4:146 serta Hadis Terkait
Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang keikhlasan amal seseorang. Ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya amal. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan ¡alat dan menμnaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah/98:5)

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ,قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ثَلَاثٌ لَايُغَلُّ عَلَيْهِمْ قَلْبُ الْمُؤْ مِنِ اِخْلَاصُ الْعَمَلِ وَالنَّصِيْحَةُ لِوَلِيِّ الْاَمْرِ وَلُزُوْمُ الْجَمَاعَةِ ( رواه احمد )

“Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah saw.. bersabda: “Tiga hal yang tidak boleh hati
seorang mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi nasihat kepada
pemimpin, dan melanggengkan kebersamaan dengan jamaah.” (H.R. Ahmad).

Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh karena itu,
yang harus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin adalah niat di
dalam hati.
Allah Swt. berfirman:

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (١٤)

“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun
orang-orang kafir tidak menyukai(nya).’ (Q.S. Al-Mukmin/40:14)

Niat yang baik akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat yang ikhlas
akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas, hati kita menjadi
tenteram, tidak ada beban yang memberatkan.

2.    Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 serta Hadis Terkait

Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 menjelaskan orang-orang yang sabar. Sesungguhnya Allah Swt. Beserta orang-orang yang sabar. Sabar merupakanpengendali hati untuk selaluIstiqamah dalam berbuat baik. Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan.

Kandungan Q.S. al-Baqarah/2:153 menjelaskan orang-orang yang sabar. Sesungguhnya Allah Swt. beserta orang-orang yang sabar. Sabar merupakan pengendali hati untuk selalu Istiqamah dalam berbuat baik. Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan.

اَالصَّبْرُ مِنَ الْاِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّاْسِ مِنَ الْجَسَدِ

“Sabar adalah bagian dari iman,sebagaimana kepala bagian dari tubuh”.

Sabar bisa diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak mudah putus asa. Sabar juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri dari kesusahan yang menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.

Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki.

Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (Istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.

Sabar itu ada beberapa macam, antara lain sabar menjalankan perintah Allah Swt.,
menjauhi kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah Swt., menerima dan menghadapi musibah, menμntut ilmu pengetahuan, serta sabar dalam bekerja dan berkarya.

Kelima bentuk kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketahanan mental spiritual,
sehingga kesabaran itu selalu menμntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spiritual yang tangguh.

3.    Kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 134 serta Hadis Terkait

Kandungan Q.S. Ali-Imran/3:134 menjelaskan ciri-ciri orang yang taqwa, yaitu selalu memaafkan orang lain.

Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita untuk saling memaafkan dan meminta maaf, sebagaimana sabdanya:

عَنْ عَائِشَةَ عَنْ اَنَسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ ( رواه البيهقي )

“Dari Aisah dari Anas berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sambunglah tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskanmu dan maafkanlah orang-orang yang mendzalimimu“. (H.R. Baihaqi)

Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-‘afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atau anugerah.

Setiap manusia pernah melakukan kesalahan. Kesalahan dan kekhilafan adalah fitrah yang melekat pada diri manusia. Rasulullah saw. bersabda “Setiap manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertobat kepada Allah Swt.”. Ini berarti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, karena itu mustahil, kecuali Rasulullah saw. yang ma’¡um (senantiasa dalam bimbingan Allah Swt.). Akan tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepada-Nya.

D.      Perilaku Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf

Sebelum menerapkan perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai penerapan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan materi di atas maupun yang lainnya.

Berikut ini contoh perilaku sebagai implementasi Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134.

1.    Perilaku Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari

Perilaku ikhlas sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. an-Nisa/4: 146 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:

a.     Gemar melakukan perbuatan terpuji dan tidak dipamerkan kepada orang lain;
b.    Ikhlas dalam beribadah, semata-mata karena Allah Swt.;
c.     Tidak mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain;
d.    Selalu berhati-hati dalam bertindak atau berperilaku;
e.     Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil;
f.     Tidak menghitung-hitung apalagi mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain.

2.    Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari

Perilaku sabar sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Baqarah/2: 153 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut.
a.    Sabar dalam menjalankan perintah Allah Swt., seperti:
1)    Ketika mendengar azan segera menuju ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah;
2)    Ketika bel berbunyi segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran;
3)    Saat orang tua memanggil, segera menghadap dan menemui agar tidak mengecewakannya.
b.    Sabar dalam menjauhi maksiat atau meninggalkan larangan Allah Swt., seperti:
1)    Ketika diajak membolos segera menolak dan menghindari teman-teman yang bersekongkol untuk membolos;
2)    Saat diajak tawuran segera menolak dan menjauhi teman-teman yang mengajaknya;
3)    Tidak cepat marah dan main hakim sendiri.
c.    Sabar dalam menerima dan menghadapi musibah, seperti:
1)    Ketika terkena musibah sakit tidak mengeluh dan tidak putus asa untuk berusaha mencari obatnya;
2)    Ketika terkena musibah tidak mengeluh dan tidak menyalahkan Allah dan orang lain.

3.    Perilaku Pemaaf dalam Kehidupan Sehari-hari

Perilaku pemaaf sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan:
a.    Memberikan maaf dengan ikhlas kepada orang yang meminta maaf;
b.    Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat;
c.    Tidak memendam rasa benci dan perasaan dendam kepada orang lain.

Setelah kamu dapat membaca dan memahmi isi kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dengan lancar, kamu harus bisa menμnjukkan hafalan Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153 dan Q.S. Ali-Imran/3: 134 dengan baik dan benar. Laporan hasil belajar menghafalmu ditulis di kolom berikut ini.

Bacalah cerita berikut !

Nabi Muhammad saw. bersama Yahudi

Suatu ketika Abu Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa seorang Yahudi untuk menyakiti Nabi. Lalu si Yahudi tadi pergi menuju lorong yang biasa dilewati Nabi untuk menuju Kakbah. Di saat Nabi lewat, dia memanggil. Nabi pun menengok karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah saw.

Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu.

Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.

Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari hingga pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Kemana gerangan orang yang selalu meludahiku?”

Setelah menanyakannya ke orang di sekitar tempat itu, Nabi diberitahu bahwa orang tersebut jatuh sakit.

Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada dan tak lupa pula mampir ke pasar membeli buah-buahan untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu. Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu. Dari dalam rumah, terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?”

“Saya, Muhammad,” jawab Nabi.

“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.

“Muhammad Rasulullah,”jawab Nabi lagi.

Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang selama ini disakitinya dan diludahi wajahnya

“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.

“Aku datang untuk menjengukmu, wahai saudaraku karena aku mendengar engkau jatuh sakit,” jawab Nabi dengan suara yang lembut.

“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekali pun yang telah menyewaku untuk menyakitimu. Padahal, aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun, engkau yang telah aku sakiti dan ludahi berkali-kali selama ini, justru yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.

Keagungan akhlak Nabi telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan dirinya masuk Islam.

(Sumber: Kisah terbaik penuh hikmah 52 kisah teladan untuk anak saleh, Tim smartbook).

Rangkuman

1.    Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 146 menjelaskan tentang keikhlasan amal seseorang.
2.    Kandungan Q.S. al-Baqarah/2: 153 menjelaskan orang-orang yang sabar.
3.    Kadungan Q.S. Ali-Imran/3: 134 menjelaskan ciri-ciri orang yang selalu memafkan orang lain.
4.    Ikhlas artinya perbuatan yang kita lakukan semata-mata karena Allah, tidak ingin dipuji orang lain.
5.    Sabar adalah perilaku menahan atau mengendalikan segala emosi. Jika tak terkendali, emosi dapat menjerumuskan ke dalam kesengsaraan.
6.    Pemaaf artinya memberi maaf kepada orang yang telah menyakiti atau menzalimi.
7.    Ikhlas, sabar, dan pemaaf merupakan perilaku terpuji yang harus bissa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
8.    Apabila terdapat nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf hijaiyah, cara membacanya dibagi menjadi 5 macam, yaitu : Idzhar halqi, Idgam bighunnah, Idgam bilagunnah, iqlab, dan ikhfa.
9.    Jika terdapat mim sukun bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah, maka hukum bacaannya dibagi menjadi 3 macam, yaitu : Ikhfa` syafawi, Idgam mimi, dan Idzhar syafawi.

 ( Sumber : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII Kemendikbud RI )

0 comments:

Post a Comment