SMPN 2 Pamarican

Sunday, May 28, 2017

Dengan Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih Mudah



A.   Renungkanlah

Allah Swt. berfirman:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ (٣٣)

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).” (Q.S. ar-Rahman/55:33)

Dahulu tidak terbayang bahwa manusia bisa sampai ke bulan. Namun, pada masa sekarang berita manusia pergi ke bulan sudah biasa kita dengar.

Pernahkah kalian membaca sejarah tentang Colombus, seorang yang pernah mengarungi bumi ini, lalu membuat kesimpulan bahwa bumi ini bulat?

Bila dikaitkan dengan firman Allah Swt. di atas, kamu tidak akan mampu menembus langit dan bumi, kecuali dengan kekuatan dari Allah Swt.

Kekuatan dan kelebihan apa yang dimaksud dalam firman Allah Swt. tersebut? Tentu kekuatan yang dapat menembus langit dan bumi adalah kekuatan akal. Akal berfungsi untuk mengkaji dan menemukan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat menciptakan peralatan yang canggih. Akhirnya, manusia dengan ilmu pengetahuan dan karyanya dapat menembus penjuru langit dan bumi. Bukankah dengan ilmu pengetahuan semua menjadi mudah? Buktikan.

B.   Mari Membaca Al-Qur’an

Tahukah kamu, siapakah yang punya ilmu itu?

Allah Swt. yang memiliki ilmu. Allah disebut al-‘Alim artinya Maha Mengetahui (Maha Berilmu). Ilmu Allah Swt. sangat luas tanpa batas. Ada yang diberikan kepada kita sudah tertulis dan ada yang tidak tertulis. Yang tertulis adalah kitabullah dan yang tidak tertulis adalah alam semesta serta isinya yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyyah.Selain belajar tentang alam semesta, kita juga wajib mempelajari ilmu Allah Swt. yang tertulis, yaitu al-Qur’an.

Al-Qur’an dapat dipelajari dengan cara membiasakan membaca tartil, mempelajari artinya, dan memahami kandungannya. Mari membaca al-Qur’an dengan tartil ayat-ayat berikut ini:

1.    Membaca Q.S. ar-Rahman/55: 33
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ (٣٣)


2.    Membaca Q.S. al-Mujadalah/58: 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (١١)


3.    Menerapkan Ilmu Tajwid tentang “Al” Syamsiyah dan “Al” Qamariyah
Berikut ini adalah skema sederhana mengenai hukum bacaan “Al” syamsiyah dan “Al” qamariyah, namun masih ada bagian-bagian yang masih rumpang (kosong). Lengkapilah skema berikut ini. Hukum bacaan “Al” dibagi menjadi dua macam, yaitu.
a.    “Al” syamsiyah (idgam syamsiyah)
b.    “Al” qamariyah (izhar qamariyah)

Kedua macam hukum bacaan ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a.    “Al” Syamsiyah
Suatu lafaz mengandung bacaan “Al” ( ال ) syamsiyah apabila terdapat “Al” (  ال) diikuti salah satu dari 14 huruf hijaiyah berikut ini.
ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Perhatikan contoh-contoh berikut ini !

 الdiikuti : ن                                قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ            


ال diikuti : ت                              أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ 

Cara membacanya : samacam ini harus diidgamkan. Maksudnya bunyi huruf lam hilang dan melebur ke dalam huruf berikutnya. Karena cara membacanya diidgamkan, maka sering disebut dengan idgam syamsiyah.Sedangkan dalam penulisannya Huruf – huruf syamsiyah selalu bertasydid bila didahului ال 

b. “Al” Qamariyah
Suatu lafaz mengandung bacaan “Al” (ال ) qamariyah apabila terdapat “Al” (ال ) diikuti salah satu dari 14 huruf hijaiyah : Perhatikan contoh-contoh berikut ini!
ال  diikuti : ك                             إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
ال  diikuti :  م                               نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
Cara membaca : semacam dibaca jelas, sehingga sering disebut izhar qamariyah.

4.    Mengartikan Q.S. Ar-Rahman/55: 33
1)    Arti mufradat (kosakata/kalimat)


يَا مَعْشَرَ                           = wahai golongan
الْجِنِّ وَالإنْسِ                   = jin dan manusia
إِنِ اسْتَطَعْتُمْ                     = jika kalian sanggup
أَنْ تَنْفُذُوا                          = untuk menembus
مِنْ أَقْطَارِ                         = dari sebagian penjuru
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ        = langit dan bumi
فَانْفُذُوا                               = maka tembuslah
لَا تَنْفُذُونَ                         = kalian tidak akan menembusnya
  إِلا بِسُلْطَانٍ                    = kecuali dengan kekuasaan Allah Swt.

2)    Terjemahan ayat:

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)”. (Q.S. ar-Rahm±n/55: 33)

5.    Mengartikan Q.S. Al-Muj±dalah/58: 11

1)    Arti mufrad±t (kosa kata/kalimat)


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ                      = wahai orangorang yang
آمَنُوا                                  = mereka beriman
إِذَا قِيلَ لَكُمْ                      = apabila dikatakan kepada kalian
تَفَسَّحُوا                            = berlapang-lapanglah kalian
فِي الْمَجَالِسِ                    = di dalam majlis
فَافْسَحُوا                           = maka berlapang-lapanglah
يَفْسَحِ اللَّهُ              = niscaya Allah akan memberi kelapangan
لَكُمْ                                     = untukmu
وَإِذَا قِيلَ                = apabila dikatakan
انْشُزُوا                               = berdirilah kalian
فَانْشُزُوا                             = maka berdirilah
يَرْفَعِ اللَّهُ                            = Allah Swt. Mengangkat
الَّذِينَ آمَنُوا             = orang-orang yang beriman
مِنْكُمْ                                   = di antara kalian
وَالَّذِينَ                               = dan orang-orang
أُوتُوا الْعِلْمَ              = diberi ilmu
دَرَجَاتٍ                             = beberapa derajat
وَاللَّهُ                                   = Dan Allah
بِمَا تَعْمَلُونَ             = dengan apa yang kamu kerjakan
خَبِيرٌ                                  = Allah Swt. Mahateliti

2)    Terjemahan ayat:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Muj±dalah/58: 11)

C.   Mari Memahami al-Qur’±n

1.    Kandungan Q.S. ar-Rahm±n/55: 33 serta Hadis Terkait

Isi kandungan Q.S. ar-Rahm±n/55:33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?

Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.

Nabi Muhammad saw. bersabda:
عَنْ اَنَسِ ابْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ ( رواه ابن ماجه )

“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah)

Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Sy±fi‘³ dalam kitab D³w±n juga menegaskan:

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِلْعِلْمِ

“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”

Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:

اَخِيْ لَنْ تَنَالَ الْعِلْمً اِلَّا بِسِتَّةٍ سَاُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَبُلْغَةٌ وَصُحْبَةٌ اُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ
“Saudaraku,engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”

Ungkapan Imam Syشfi‘ه di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.

2.    Kandungan Q.S. al-Mujadalah/58:11 serta Hadis Terkait

Menjelaskan keutamaan orang- Orang beriman dan berilmu pengetahuan. Kalau Q.S. ar-Rahman/55:33 menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan, maka ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt.

Mengapa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya? Sudah tentu, orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu.

Ayat ini juga menjelaskan tentang belapang-lapanglah kalian ketika berada di dalam majlis (tempat mencari ilmu). Yakni apabila kita berada di tempat menuntut ilmu, baik itu di kelas, masjid, majlis taklim dan lain sebagainya, kita harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk sama-sama mendapatkan tempat duduk yang layak.

Akan tetapi perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.

D.   Perilaku Orang yang Cinta Ilmu Pengetahuan

Sebelum kalian menerapkan perilaku senang menuntut ilmu sebagai implementasi Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan maupun yang lainya.

Sikap dan perilaku terpuji yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.

1.    Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan.
2.    Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya.
3.    Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan.
4.    Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.

Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Mujadalah/58:11 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.

1.    Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
2.    Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru.
3. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan.
4.    Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah Swt.

Setelah kamu dapat membaca dan memahmi isi kandungan Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11 dengan lancar, kamu harus bisa menunjukkan hafalan Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11 dengan baik dan benar.

Bacalah kisah menarik berikut !

“Ibnu Hajar (Si Anak Batu)”

Ada seorang ulama bernama Ibnu Hajar al-‘Asqalani. Pada mulanya, ia adalah seorang santri yang bodoh. Meskipun sudah lama belajar, dia belum juga paham. Akhirnya, Ibnu Hajar memutuskan untuk pulang. Dia pun mohon diri kepada kyainya
supaya diperbolehkan pulang. Dengan berat hati sang kyai membolehkan Ibnu Hajar pulang, tetapi sambil berpesan agar Ibnu Hajar tidak berhenti belajar.

Akhirnya Ibnu Hajar pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebat. Dia terpaksa berteduh dalam sebuah gua. Pada saat di gua, dia mendengar suara gemericik air, lalu dia mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata, itu suara gemericik air yang menetes pada sebongkah batu yang sangat besar. Batu besar itu berlubang karena telah bertahun-tahun terkena tetesan air. Melihat batu yang berlubang tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung. Dia berpikir, batu yang besar dan keras ini lama-lama berlubang hanya karena tetesan air. Kenapa aku kalah dengan batu? Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, itu artinya aku kurang lama dan tekun belajar

Setelah berpikir, akhirnya Ibnu Hajar kembali lagi ke pondok untuk menemui sang kyai. Ia pun belajar lagi dengan penuh semangat. Usaha tersebut tidak sia-sia. Dia berhasil menjadi orang alim, bahkan dapat mengarang beberapa kitab. Dari asal mula cerita batu di dalam gua, inilah kemudian beliau diberi sebutan Ibnu Hajar (Anak Batu).

(Sumber: 60 Biografi Ulama Salaf, Syaikh Ahmad Farid)

Rangkuman

1.    Kandungan Q.S. al-Rahman/55:33 meliputi:
c.    manusia dan jin tidak akan mampu menembus penjuru langit dan bumi untuk mengetahui isinya kecuali atas kekuatan dari Allah Swt.;
d.    kekuatan dari Allah Swt. itu berupa akal yang harus dikembangkan dengan cara belajar;
e.    belajar itu wajib agar kita dapat menguasai dunia untuk kebaikan umat.
2.    Kandungan Q.S. al-Mujadalah/58:11 meliputi:
a.    perintah untuk menuntut ilmu setinggi mungkin;
b.    perintah untuk selalu beriman kepada Allah Swt.;
c. perintah untuk memuliakan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.
3.    Rasululah saw. menjelaskan bahwa, “menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap seorang Islam”. Etika dalam mencari ilmu antara lain:
a.    mencintai ilmu yang sedang dipelajari;
b.    menghormati orang yang memberikan ilmu (guru);
c.    tidak memotong pembicaran saat guru sedang menjelaskan;
d.    mendengarkan penjelasan guru dengan serius.
4.    Syarat menuntut ilmu menurut Imam Syafi‘i adalah, kecerdasan, sungguh-sungguh, sabar, biaya, petunjuk guru, dan waktu yang lama.
5.    Menuntut ilmu itu hukumnya wajib (fardu‘ain) bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
6.    Suatu bacaan disebut bacaan “Al” syamsiyah apabila terdapat “Al” diikuti salah satu huruf hijaiyah
7.    Suatu bacaan disebut bacaan “Al” qamariyah apabila terdapat “Al” diikuti salah satu huruf hijaiyah :

( Sumber : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII Kemendikbud RI )

0 comments:

Post a Comment